Rabu, 17 Maret 2010

ARSIP&TUGAS-TUGAS KULIAH SEMESTER 1

FILSAFAT UMUM
EMPIRISISME
Oleh :ANDREAS YUDHA P
26.08.1.1.003

PENDAHULUAN


Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme ditujukan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasip menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai kepada pengalaman inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan. Lebih lanjut penganut Empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian di dalam otal dipahami dan akibat dari rangsangan tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek
Yang telah merangsang alat-alat inderawi tersebut Empirisme memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barangkali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut Empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi

.


ISI

Pengertian Empirisisme
Untuk memahami inti filsafat Empirisisme perlu memahami dahulu dua cirri pokok Empirisisme yaitu mengenai makna dan teori tentang pengetahuan. Filsafat Empirisisme tentang teorimakna amat berdekatan dengan aliran positivisme logis (logical positivisme) dan filsafat Ludwig Wittegenstein. Akan tetapi teori makna dan empirisisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindera, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama. Teori yang kedua, yaitu pengetahuan, dapat diringkaskan sebagai berikut. Menurut orang rasionalis ada kebenaran umum seperti kejadian tertentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperolah lewat intuisi rasional. Empirisisme menolak pendapat itu. Tidak ada kemampuan intuisi rasional.

Pendapat Para Tokoh Tentang Empirisisme
Di antara tokoh dan pengikut aliran Empirisisme antara lain :

1) Francis Bacon (1210-1292 M)
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya aalh pengetahuan yang diterima orang melalui persentua inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetehuan haruslah dicapai dengan induksi.
Induksi adalah penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih luas daripada premisnya, sehingga merupakan cara berpikir dengan menarik simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yangt bersifat individual. Keuntungan dari cara berpikir ini adalah mengkondisi berlanjutnya penalaran, dan sangat ekonomis.
Induksi pada umumnya disebut generalisasi. Dalam ilmu social dan lebih-lebih ilmu humaniora, induksi ini semacam Case-Study. Kasus manusia yang kongkret danindividual dalam jumlah terbatas dianalisis dan pemahaman yang ditemukan di dalamnya dirumuskan secara umum atau universal. Yang universal itu ditemukan di dalam dan dari yang singular. Pada metode induksi filosofis ini, hakikat manusia yang universal ditemukan di dalam yang singular atau individual. Berarti hakikat itu berlaku bagi semua kasus, dalam situasi manapun. Generalisasi filosofis demikian itu, menurut istilah Imanuel Kant, disebut transcendental. Pada penggunaan metode induksi, kesimpulan yang diperoleh pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang boleh jadi benar (probabilitas).

2) Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan.hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan ideralah yang merupakan kebenaran. Pengetsahua intelektual (rasio) tidak lain ada;ah merupakan penggabungan data-data inderawi belaka.

3) John Locke (1632-1704 M)
Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan olah Descartes, tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh Descartes. Ia juga menolak metoda deduksi Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman. “ Tidak ada sesuatu pada akal yang sebelumnya tidak ada pada indera kita”. Jadi, indera sebagai sesuatu hal yang primer, sedangkan akal sebagai hal yang sekunder yang fungsinya hanya sebagai penerima”.
Buku locke, Essay Concerming Human Understanding (1689 M), ditulis berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahuan dating dari pengalaman. Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea untuk konsep tentang sesuatu yang berada di belakang pengalaman, tidak ada idea yangt diturunkan seperti yang diajarkan oleh Plato. Dengan kata lain, Locke menolak adanya innate idea;termasuk apa yang diajarkan oleh Descartes.Maka Locke menyatakan beberapa argumennya:
1. Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada. Memang agak umum orang beranggapan bahwa innate itu ada. Ia itu seperti ditempelkan pada jiwa manusia jan jiwa membawanya ke dunia ini. Sebenarnya kenyataan telah cukup menjelaskan pada kita bagaimana pengetahuan itu dating, yakin melalui daya-daya ilmiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan, dan kita sampai pada keyakinan tanpa suatu pengertian asli
2. Persutujuan umum adalah argument yang kuat. Tidak ada sesuatu yang dapat yang dapat disetujui oleh umum tentang adanya innate idea justru saya dijadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
3. Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
4. Apa innate idea itu sebenarnya tidaklah mungkin diakui dan sekaligus juga tidak diakui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate idea justru saya dijadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
5. Tidak juga dicetakkan pada jiwa sebab pada anak idiot, ide yang innate tidak ada, padahal anak normal dan anak idiot sama-sama berfikir.
Argumen ini secara lurus menolak adanya innate idea, sekalipun ada , itu tidak dapat dibuktikan adanya. Akan tetapi, di sini Locke. Lupa bahwa untuk menarik idea dari pengalaman-pengalaman itu diperlukan prinsip. Prinsip itu sialnya diambil bukan dari pengalaman. Leibniz, orang yang menjadi arah serangan Locke, mengatakan prinsip itu ada di dalam pikiran, dan bukan dari pengalaman. Denga mengikuti cara Locke itu, kata Leibniz, ia tidak berhasil meniadakan innate idea. Prinsip itu tadi adalah innate idea. Pandangan tabula rasa dari John Locke merupakan konsep epistotemologi yang terkenal. Dan inilah teori pengetahuan empirisisme.
Tabula rasa (blank tablet, kertas catatan yang kosong) yang digambarkansebagai keadaan jiwa adalah pandangan epistemologi yang terkenal menurut Locke. Satu lagi pandangan menurut Locke yaitu hubungan antar idea seperti dalam matematika, logika, dan konsep-konsep kebenaran trivial seperti “kuda adalah hewa,” dan semua itujuga datang dari pengalaman.
Perhatikanlah, dasar teori Locke itu adalah common sense (anggapan umum) Atentang perbedaan antara obyek fisik di dunia nyata serta inderawi dan obyek fisisk itu di dalam jiwa kita. Jadi. , kita dapat mengatakan bahwa sifat obyek (qualities) itu terdapat di dalam obyek itu di dunia nyata, seperti ukuran, bentuk, dan lain-lain, tetapi qualities itu tidak bebas dari pengaruh organ pengindera kita. Locke menyebutkan sifat (qualities) yang asli yang dimiliki obyek itu primary qualities (sifat pertama), dan sifat obyek sebagaimana ditangkap oleh indera disebutnya secondary qualities (sifat kedua).
Kesimpulan Locke ialah substance is we know not what, tentang subtansi kita tidak tahu apa-apa. Ia menyatakan bahwa apa yang dianggapnya subtansi ialah pengertian tentang obyek itu yang dibentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indera.akan tetapi, Locke tidak berani menegaskan bahwa idea itu adalah persoalan subtansi agaknya adalah persoalan metafisika sepanjang masa;Berkeley dan Hume masih juga membicarakannya. (Bahan sebagaian besar dari Solomon, 1981.)

4) David Hume (1711-1776 M)
Solomon (1981:127) menyebut Hume sebagai ultimate skeptic, skeptis tingkat tinggi. Ia dibicarakan di sini sebagai skeptis dan terutama sebagai seorang empirissis. Menurut Betran Russel, yang tidak dapat diragukan lagi pada Hume ialah ia seorang skeptis (Solomon); 127).
Buku Hume, treatise of human nature (1739 M), ditulisnya tatkala ia masih muda, yaitu tatkala ia berumur 20 tahun bagian awal. Buku it tidak banyak diminati orang, karenanya Hume pindah ke subyek lain, lalu ia menjadi seorang yang terkenal sebagai sejarawan.
Kemudian, pada tahun 1748 ia menulis buku yang memangt terkenal, An Enquiry Concerning Human Understanding. Baik buku Tretise maupun buku enquiry kedua-duanya menggunakan metode empirisme, sama dengan Jhon Locke. Sementara Locke hanya sampai pada idea yang kabur yang tidak jelas berbasis pada sensasi (khususnya tentang subtansi dan Tuhan), sedangkan Hume lebih kejam. Dalam salah satu bab ia menulis sebagai berikut :
“Bila kita membuka buku di perpustakaan, membaca prinsip-prinsip yang diajarkan oleh empiris, malapetaka apa yang kita lakukan? Bila kita membaca satu jilid buku metafisika, apakah ia ada menyebutkan sesuatu tentang kuantitas? Tidak. Apakah buku itu berisi uraian tentang ekserimen tentang materi nyata? Tidak. Buang saja, buku-buku itu tidak berisi apa-apa selain kebimbangan dan ilusi.”
Hume mengajukan tiga argument untuk menganalisis sesuatu.salah satunya sebagai berikut : ada ide tentang sebab-akibat (kausalitas); suatu kejadian disebabkan oleh kejadian lain. Dari argument kausalitas ini muncullah apa yang oleh Hume disebut the strongest connection (hubungan terkuat) antara pengalaman kita dan the cement of universe yang merupakan kausalitas universal. Kausalitas universali ialah hokum yang mengatakan bahwa setiap kejadian pasti mempunyai penyebab. Misal, motor mogok, kita periksa karburator, system pengapian, dan lainya. Akan tetapi adakalanya penyebab tersebut tidak diketahui. Kita hanya tahu sebab. Prinsip-prinsip pada Leibniz disebut alasan yang mencukupi (sufficient reason); kata reason diganti dengan kata cause (sebab).pada argumennya Hume mendukung prinsip induksi. Dan itu adalah teori kausaitas tentang persepsi yang mendukung keyakinan kita tentang dunia luar diri. Hume sebenarnya mengambil kausalitas sebagai pusat utama seluruh pemikirannya. Ia menolak prinsip kausalitas universal dan juga menolak pinsip induksi dengan memperlihatkan bahwa tidak ada yang dapat dipertahankan, baik relation of ideas maupun matter of fact. Jadi, uraian di atas hanyalah “taktik” Hume dalam menegakkan sistemnya.
Semua obyek pemikiran manusia secara alamiah dapat dibagi dua, yaitu relation of ideas dan matter of fact. Yang dimaksud dengan relatin of ideas adalah pengetahuan yang jelas dengan sendirinya secara akal maupun secara intuitif seperti pada geometri, aljabar, dan aritematika. (Tiga kali lima sama dengan lima belas adalah hubungan antar jumlah). Proposisi jenis ini cukup diperoleh dengan operasi pemikiran tanpa bergantung pada ada atau tidaknya bukti di lapangan.
Disini di jelaskan pengertian matter of fact yaitu pengetahuan yang tidak terbukti kebenarannya maupun kepalsuannya seperti pernyataan “matahari akan terbit besok atau matahari tidak akan terbit besok”. Kedua-duanya tidak dapat dibuktikan. Pengetahuan tentang matter of fact kelihatannya ditemukan berdasarkan tilikan terhadap hukum sebab-akibat.
Bila berfikir a priori, dan begitu saja memutuskan sebab-akibat sebagaimana hal muncul di dalam jiwa kita, itu bebas observasi dan pengalaman, tidak akan menghasilkan pengertian tentang obyek itu.
Akhirnya Hume menyimpulkan bahwa idea kausalitas tidak juga dapat diperoleh melalui persepsi (ini adalah pengalaman).dalam “taktik” Hume di atas kelihatan bahwa pada akhirnya Hume menentang induksi. Ia juga menentang prinsip induksi untuk memprediksi masa depan.(masa depan seperti masa lalu ditentangnya). Prinsip induksi tidak dapat dipertahankan. Jadi mula-mula ia menolak adanya pengetahuan a priori, lalu ia menolak juga sebab-akibat, menolak pula induksiyang berdasarkan pengalaman. Jadi, habislah sudah segala macam cara memperoleh pengetahuan; semuanya ditolak. Inilah skeptis tingkat tinggi itu.
Argument Hume yang menentang prinsip kausalitas universal dan prinsip induksi pada dasarnya merupakan argument menentang rasionalisme pada umumnya. Ia mengatakan bahwa hanya dengan berfikir, tanpa informasi dari pengalaman, kita tidak mengetahui apa-apa tentang dunia. Dengan bantuan pengalaman,juga kita tidak dapat mengetahui hakikat sesuatu. Akan tetapi, sebenarnya, demikian Hume, hal itu tidak hanya pada filsafat, tidak hanya pada pemikiran akal. Bahkan tntangapakah matahari akan terbit besok, kita tidak tahu apa-apa. Kita berfikir: Bagaimana mungkin filsafat begitu jauh jaraknya dari kehidupan? Pantaslah ia disebut pemuncak skeptisme.

5) Herbert Spencer (1820-1903 M)
Filsafatnya berpusat pasa teori evolusi. 9 tahun sebelum terbitnya karya Darwin yang terkenal, The Origen Of Species (1859 M), Spencer sudah mnerbitkan bukunya tentang evolusi. Empirismenya terlihat jelas pad filsafatnya tentang The great un knowble. Menurutnya, kita hanya dapat mengenali fenomena atau gejala-gejala. Memang beanar dibelakang gejala tersebut ada suatu dasar absolute, pembersih tetapi yang absolute itu tidak dapat kita kenal. Secara prinsip, pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi antara gejala-gejala. Di belakang gejala tersebut terdapat sesuatu yang oleh Spencer disebut yang tidak diketahui. Sudah jelas, demikian Spencer, metafisika menjadi tidak mungkin. (Bertens, 1979:76).
Apakah materi itu? Demikian spencer bertanya. Kita mendeduksi materi menjadi atom-atom, kemudian atom kita bagi menjadi lebih kecil sampai akhirnya pada unsure yang tidak dapat dibagi lagi karena kecilnya. Akan tetapi, bagian yang terkecil tidak dapat dipahami. Jadi,ruang dan waktu pada akhirnya adalah dua obyek yang tidak dapat diketahui. Gerak pun demikian keadaannya karena gerak iti terdapat di ruang dan waktu. Akhirnya spencer mengatakan, “idea-idea keilmuan pada akhirnya adalah penyajian realitas yang tidak dapat dipahami” (Durant:364). Inilah yang dimaksud dengan thegreat unknowable, teka-teki besar.
Setelah sampai pada metafisika yang tidak diketahui, yang perlu dihadapi sekarang ialah yang dapat diketahui. Kita mungkin dapat sampai pada suatu prinsip yang dapat digeneralisasikan pada seluruh obyek fisik. Ini mungkin saja materi yang dapat rusak, konservasi energi, konstinuitas gerakan, dan lain-lain. Prinsip umum ini tidak dapat dipahami, tetapi ia diketahui adanya. Ditemukan bahwa setiap benda alam mempunyai ritme sejak dari biola sampai gelombang lautan, planet dan bintang-bintang, panas dan dingin, pergantian musim, sejak dari unsure kecil sampai jatuhnya suatu Negara, munculnya sampai matinya bintang-bintang. Kita dapat melihat adanya ritme, irama,.ini adalah hokum-hukum yang tidak diketahui secara rinci, tetapi diketahui adanya: ujung semua hokum itu adalah tenaga.
Dengan demikian Spencer telah memperkenalkan kepada kita formula evolusinya yang terkenal, yang telah memberikan udara segar yang baru di Eropa, yang menghabiskan sepuluh jilid buku dan memerlukan waktu selama 40 tahun untuk menuliskannya, konsep Evolusi itu dijelaskanya sebagai berikut. Pertumbuhan planet-planet; pembentukan lautan dan pegunungan; metabolisme unsure-unsur oleh tanaman; perkembangan jantung dan janin; perkembangan otak setelah kelahiran;penyatuan keinderaan dan ingatan menjadi pengetahuan dan pemikiran, pengetahuan menjadi sains dan filsafat; perkembangan keluarga menjadi clan dan kota, seterusnya Negara dan persatuan Negara, selanjutnya”federasi dunia”; inilah yang dimaksud integrasi materi. Ada unsure-unsur yang membantu terwujutnya prose itu menuju tujuan sampai terbentuk suatu ikatan dan kerja sama untuk hidup. Selanjutnya tujuan Spencer membicarakan evolusi kehidupan, evolusi pemikiran, evolusi masyarakat, dan evolusi moral. (lihat Durant: 370-392).
Kehidupan adalah penyesuaian terus-menerus mengenai hubungan antara dalam dan luar diri. Memang definisi ini agak kabur karena perbedaan itu akan sulit dihilangkan disebabkan oleh banyaknya perbedaan tipe darah yang menyebabkan perbedaan sifat-sifat masing-masing. Selain itu, perbedaan juga ada karena perbedaan waktu (zaman). Ini memerlukan penyesuain yang khas serta ukuran buruk-baik yang berubah-ubah dan bermacam-macam. Definisi Spencer diatas kurang mampu mengatasi fakta ini.

KESIMPULAN

Empirisisme adalah aliran dalam filosuf yang menekankan peranan pengalaman dalam memperolah pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal..
Empirisisme bertentangan dengan Rasionalisme.
Empirisme menolak pengetahuan yang semata-mata berdasarkan akal karena dipandang sebagai spekulasi belaka yang tidak berdasarkan realitas, sehingga berisiko tidak sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan sejati harus dan seharusnya berdasarkan kenyataan sejati yakni realitas.





DAFTAR PUSTAKA

DR. Ahmad Tafsir, 1990, Filsafat Umum Akal Dari Hati Sejak Thales Sampai James. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Drs. Mudzakir, 1997, Filsafat Umum.Bandung: CV Pustaka Setia
I.R. Poedjawijatna. Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat. P.T. Pembangunan. Jakarta. 1980.
Drs. Sudarto, M.Hum, 1996, Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
H. Syadali, Ahmat, Drs. MA., Filsafat Umum. CV. Pustaka Setia. Bandung. 1997.
www.wikipedia.com/filsafat/empirisisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar